untitled_02
Dihujat masa seribu waktu
Di malam-malam tak berbulan
Atau mungkin tertutup awan-awan kebisingan
Gerimis-gerimis air langit
Diantara wajah-wajah yang bertopeng
Dan menantang maut
Garis putih melintang... terlintas
Melukis kekosongan dunia dan lautan
Cermin-cermin pun retak
Dua jiwa terpisah dalam keterangsingan
Yang abadi...
Mimpi jadi batu
Dibasahi sungai-sungai air mata
Lisan berkata “Aku adalah Aku”
Lalu menangis membisu
Menerawang jauh ke alam senja
Kenyataan jadi petir
Membakar awan mendung
Di ujung pelangi, lalu bertanya
“Siapa yang melahirkan aku?”
Dikenang zaman sejuta akar
Dalam hutan-hutan mimpi
Kini tandus meratap samudera
Yang selalu hilang saat bulan merayunya
Hatinya luka...
Terkikis peluh malaikat pendosa
Yang datang karena cinta
Lalu pergi karena cinta...
Di malam-malam tak berbulan
Atau mungkin tertutup awan-awan kebisingan
Gerimis-gerimis air langit
Diantara wajah-wajah yang bertopeng
Dan menantang maut
Garis putih melintang... terlintas
Melukis kekosongan dunia dan lautan
Cermin-cermin pun retak
Dua jiwa terpisah dalam keterangsingan
Yang abadi...
Mimpi jadi batu
Dibasahi sungai-sungai air mata
Lisan berkata “Aku adalah Aku”
Lalu menangis membisu
Menerawang jauh ke alam senja
Kenyataan jadi petir
Membakar awan mendung
Di ujung pelangi, lalu bertanya
“Siapa yang melahirkan aku?”
Dikenang zaman sejuta akar
Dalam hutan-hutan mimpi
Kini tandus meratap samudera
Yang selalu hilang saat bulan merayunya
Hatinya luka...
Terkikis peluh malaikat pendosa
Yang datang karena cinta
Lalu pergi karena cinta...
0 comments:
Post a Comment